Ada
sebanyak 3.700 mahasiswa baru tiap tahunnya di IPB. Mahasiswa-mahasiswa baru ini datang dari
berbagai daerah di seluruh Indonesia.
IPB sendiri menyebut mahasiswa-mahasiswa baru ini sebagai putra-puri
terbaik bangsa. Dari 10 orang yang
mendaftar hanya satu yang diterima. Satu yang diterima itu adalah salah satu
putra-putri terbaik bangsa.
Untuk
biaya masuk sendiri IPB tidak memberatkan calon-calon mahasiswanya. Ada banyak
cara untuk membayar uang masuk tersebut. Satu dari empat mahasiswa IPB masuk
tanpa membayar uang pangakal sama sekali. Mereka adalah calon mahasiwa yang
mendapatkan beasiswa bidikmisi. Pemerintah sendiri lewat DIKTI menyediakan
kouta sebanyak 1000 beassiwa untuk calon mahasiawa IPB.
Seorang
calon mahasiswa IPB baru bisa dikatan sebagai mahasiswa IPB apabila telah
memilki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Selanjutnya mahasiswa ini baru sah sebagai
mahasiwa IPB dan akan mendaptaakn pendidikan.
Tidak seperti Perguruan Tinggi lainnya, IPB sendiri pada tahun pertama
menerapakan sisitim pendidikan yang disebut TPB (Tahun Persiapan Bersama). TPB
adalah masa-masa persiapan untuk mahasiswa baru sebelum masuk ke departemen atau fakultas. Mahasiswa IPB
tidak disebut berdasarkan jurusannya masing-masing walaupun diterima di jurusan
yang dipilih. Misalnya Mahasiswa baru yang diterima di jurusan Kedokteran Hewan
tidaklah disebut Mahasiswa FKH tapi disebut sebagai mahasiswa TPB. Selama dua
semseter mahasiswa TPB akan tinggal di asrama yang dikenal dengan asrama TPB.
Asrama mahasiswa(putra) dan mahasiswai(putri) dipisahkan. Untuk asrama putera
disebut Astra dan asrama putri disebut Astri. Jadi pada tahun pertama mahasiswa
IPB harus melewati dua masa pada satu waktu, yaitu masa TPB dan masa asrama.
Masa
TPB sendiri ditujukan untuk menyamakan tingkat dan kualitas pendidikan mahasiswa. Kualitas pendidikan SMA
sutu daerah tentu tidak sama dengan SMA di daerah lainnya. Banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut seperti kurangya sumber daya guru dan juga fasilitas
yang tidak memadai. IPB sendiri tidak berkeinginan untuk membedakan kemampuan
dan pemahaman akan ilmu bagi mahasiswanya. TPB adalah cara yang tepat untuk
mengatasi ketidaksamaaan kualitas pendidikan tersebut. Kurikulum TPB sendiri
sama seperti kurikulm SMA. Mata-mata kuliah yang diajarkan juga sama dengan
mata pelajaran SMA. Oleh karena itun mahasiwa IPB sering menyebut TPB sebagai
kelas empat –nya SMA. Materi-materi yang ada pada mata kuliah TPB tidak jauh
berbeda dengan materi-materi yang ada di SMA. Materi-materi ini akan sedikit
dipersempit dan diarahkan ke materi yang mendukung pertanian. Contohnya adalah mata kuliah Sosilogi Umum.
Mata kuliah ini tetap mengajarkan materi-materi penting Sosilogi Umum seperti
biasanya. Namun dalam hal pemberian kasus untuk dianalisis pasti yang berkaitan
dengan yang namanya pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah pertania dalam
arti luas yang mencakup peternakan, veteriner, perikaran-perairan, kehutanan
dan juga teknologi pertanian. Diharapakan selepas dari TPB pemahaman semua
mahasiswa baru IPB sama. Kesamaan ini akan
menjadi dasar dalam memahami materi-materi yang sesuai jurusan atau departemen
yang dipilih.
Masa-masa
TPB adalah masa-masa pertukaran budaya mengingat mahasiwa-mahasiwa baru IPB
tidak datang dari satu daerah saja. Semua datang dari penjuru Indonesia.
Mahasiswa yang berasal dari Jawa tetap mendominasi, namun tidak sedikit juga
yang berasal dari Sumatera, Sulwesi, Kalimantan dan Papua. Tidak ada masalah
dengan adanya dominasi kebudayaan tersebut. Ketertukaran budaya cukup diwakilki oleh satu orang mahasiwa
saja. Satu mahasiswa ini sudah bisa menggambarkan tentang kebudayaan yang
dibawa. SeIain itu informasi yang
didapatkan tidak akan jauh berbeda dengan mahasiwa lainnya dari daerah yang
sama.
Masa-masa
asrama sendiri adalah masa-masa penuh kebagian, begitu pernyataan sebagian
besar mahasiswa IPB yang telah melewati masa-masa tersebut. Pada masa inilah
mahasiswa IPB akan menceritakan jalan mereka ketika masuk IPB. Hal yang paling mencolok adalah alasan masuk
IPB dan memilih jurusan. Jika
dibandingkan hanya satu dari sepuluh mahasiwa IPB yang masuk karena benar-benar
mencintai pertanian. Sembilan lainnya memilih IPB karena banyak alasan. Ada yang yang masuk karena memperjuangkan prestige sekolahnya. Jika tidak memilih
IPB maka SMA nya tidak akan mendapatkan
jatah tahun berikutnya. Ada juga yang
masuk untuk menghindari sekolahnya dari “blaclist”
IPB. Isu yang beredar menyebutkan kalau sekolah-sekolah yang sudah di “blacklist” otomatis siswanya tidak bisa
masuk IPB. Alasan-alasan inilah yang
menjadikan siswa tersebut terpaksa harus
memilih IPB, terkadang malah dnegan jurusan yang tidak mereka inginkan sama
sekali. IPB sendiri memberlakukan aturan ketat seperti ini untuk mencegah
“peng-anak tirian” pilihan. Selama ini IPB merasa selalu di nomor duakan dan
dijadikan sebagai pilihan alternatif jika tidak diterima di perguruan tinggi
lainnya.
Bicara
memilih jurusan kebanyakan dari siswa tidak mengerti dengan jurusan yang meraka
pilih. Informasi tentang Perguruan Tinggi yang ada dan bisa dipilih itu
tidaklah memadai. Guru sebagai tenaga pendidik yang bertanggung jawan terhadap
pendidikan siswanya juga tidak memilki
informasi yang cukup mengenai Jurusan dan Perguruan Tinggi yang ada di
Indonesia. Bahkan ada juga oknum guru yang tidak peduli dengan hal ini.
Akibanya jurusan yang dipilih adalah jurusan yang namanya aneh, bagus dan
asing. Suatu jurusan yang baik dinilai berdasrakan namanya, bukan dari program
jurusan tersebut. Sementara jurusan lain yang tidak memilki nama
yang menarik menjadi pilihan terbawah. Jurusan-jurasan dengan nama
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan tidak menjadi priotitas.
Siswa-siswa yang tidak diterima di jurusan yang mereka inginkan (jurusan
pilihan pertama) berkemungkinan diterima
di jurusan yang ada di pilihan kedua. Pilihan kedua ini kadang-kadang adalah
jurusan yang dipilih secara asal-asalan. Selanjutny siswa ini mau tidak mau
harus memutuskan, memilih jurusan yang diterima atau mendaftar di Perguruan Tinggi
Swasta (PTS). Pilihan memilih jurusan yang diterima adalah pilihan rasional.
Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jauh lebih prestise
dibanding kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Faktor biaya juga menjadi
alasan. Hanya orang-orang kaya yang bisa
bertahan dengan biaya kuliah mahal di
PTS. PTS sendiripun tidak menyediakan beasiswa yang cukup untuk mahasiswa yang
tidak berkecukupan dalam masalah biaya.
Kuliah di jurusan yang tidak
diketahui. Itulah imbas dari pilihan yang tidak beralasan. Hanya satu dari
sepuluh mahasiswa IPB yang benar-benar tau informasi tentang IPB. Sedikit
sekali yang benar-benar merencankan untuk kuliah di IPB dengan jurusan yang
mereka sukai. Akibat akan mengakibatkan hal yang lainnya. Pertama memilih
jurusan asal-asalan akibatnya diterima di jurusan yang tidak sesuai keinginan.
Kedua, Karena tidak diterima di jurusan yang sesuai keinginan kulih menjadi
malas, nilai turun, dapat surat peringatan dan akhirnya DO. Banyak mahasiswa
yang DO bukan karena kasus-kasus kriminal. Rata-rata alasan di DO adalah tidak
bersemangat dengan jurusan yang dipilih. Tidak ada motivasi untuk belajar, tidak melihat prospek masa
depan yang cerah dari jurusan yang dipih membuat mahasiswa ini DO di
semester-semester awal kuliah.
Walaupun IPB sendiri tau kalau
ketidaksukaan dengan jurusan yang dipilih adalah masalah personal, namun IPB
juga tidak mau kehilangan putera-puteri terbaik bangsa hanya karena masalah
ini. Ada potensi yang besar dari seorang pemuda dan potensi itu bisa memajukan
bangsa Indonesisa, terutama di bidang pertanian. Putera-puteri terbaik bangsa
ini hanya mengalami sedkit kegalauan dengan jurusan-jurusan yang mereka pilih .
Jika diibaratkan, mereka seperti pedang yang bengkok yang sewaktu-waktu bisa
patah jika tidak dluruskan lagi. IPB sebagai Perguruan Tinggi yang diberikan
amanah oleh bangsa ini untuk memajukan pertanian Indonesia memilki tanggung
jawab untuk meluruskan pedang yang bengkok tersesebut. Dengan segala daya dan
upaya pedang ini akan lurus dan siap membabat gulma-gulma pertanian Indonesia.
Berbagai upaya dilakukan oleh IPB .
Asrama TPB merupakan salah satunya. Asrama ini bukan sekedar temapt tinggal
saja. Terdapat berbagai program pembinaan seperti apel pagi, SOGA (Sosial
Gathering) lorong dan beberapa program lainnya yang bertujuan untuk menumbuhkan
rasa cinta akan pertanian. Terdapat juga kakak-kakak pendamping yang disebu
Senior Resedent (SR) yang senantiasa membimbing mahasiswa-mahasiswa baru dalam
berbagai hal. Pembibingan ini menyangkut semua hal tidak hanya terbatas pada
program-program asrama. Salah satu contohnya adalah diskusi bebas. Dalam
diskusi bebas ini semua topik beoleh dibicarakan dan nanti SR akan
menghubungkanya dengan pertanian. Inti
dari diskusi bebas itu adalah memberikan paradigma kepada mahasiswa baru bahwa
pertanian tidaklah seperti yang mereka pikirkan. SR juga akan mengatakan kalau perjuangan
itu tidak harus dengan hal-hal yang disukai, justru dengan hal yang tidak disukai membuat diri untuk belajar tentang
hal yang dikesampingkan selama ini. SR juga memberikan pernyataan kalau kuliah
di IPB adalah pilihan tepat. Apapun jurusan yang dipilih, suka atau tidak suka
IPB akan menjadikan mahasiswa baru menjadi pejuang pertania, laskar pertanian
Indoneseia. Artinya memperjuangkan nasib rakyat kecil, rakyat kalangan bawah
yang mendominasi Indonesia ini. Jika merasa tersesat, maka tersesatnya tidak
lah ke jalan yang salah tapi ke jalan yang benar.
Penanaman nilai-nilai cinta akan
pertanian, cinta akan jurusan yang dipih, cinta akan keputusan yang telah
dimabil tidak hanya dilakukan oleh SR tapi juga dosen. Dosen sendiri pasti
menyematkan kalau pertanian tidak seperti yang disangka mahasiwa. IPB juga
tidak seperti yang disangka. Banyak orang-orang besar dulu kuliah IPB dan
banyak diantara mereka dulunya adalah orang –orang yang salah jurusan juga.
Intinya dosen akan mengatakan kalau merasa tersesat di IPB maka tersesatnya
tidak di jalan yang salah tapi dijalan ynag benar. Mereka besar karena mengubah
ketidaksukaan menjadi kecintaan.
Begitulah cara dan nilai yang
ditanamkan IPB dalam menyikapi salah jurusan. Ketidaksukaan memang menyebabkan
penurunan spirit belajar dan berjuang. Lewat kerjasama semua elemen
ketidaksukaan itu akan tergantikan dengan kecintaan kepada jurusan yang dipilih.
Cita-cita bisa ditulis ulang, passsion
bisa bentuk dan mood bisa dikontrol .
Tersesat bisa benar-benar tersesat dan
tersesat yang tersesat di jalan yang benar. Tersesat di jalan yang benar itulah
dampak dari adanya plihan-pilihan yang harus diambil
0 komentar:
Posting Komentar