Let’s Make a Book - part 2 (Proses Editing)
Setelah naskah selesai ditulis, sekarang kita akan masuk ke dalam proses editing. Begitu memasuki proses ini, kita tidak bisa lagi terus bertahan dalam idealisme kita. Harus mulai belajar untuk terbuka terhadap kritik dan pendapat orang lain.
Hal utama yg harus kita tanamkan dalam hati yaitu editor utama naskah kita adalah kita sendiri. Orang lain hanya membantu. Jadi jangan berpikir “ah, kalau naskahku diterima penerbit kan nanti akan ada editor yg mengeditkan”. Hanya penulis malas yg berpikir seperti itu. Jadi tidak peduli nantinya naskah kita akan diterbitkan oleh penerbit atau diterbitkan sendiri, kita tetap harus melakukan proses editing.
1. Baca ulang naskahmu
Begitu naskah selesai ditulis, baca ulang naskah itu secara keseruhan mulai dari halaman pertama. Karena pada saat naskah baru saja selesai ditulis, susunannya masih berantakan dan ceritanya banyak yg tidak sesuai. Fokuskan pengeditan pertama ini pada isi cerita, bukan pada masalah tanda baca ataupun kesalahan ketik. Cari tahu apakah isi ceritanya sudah mengalir lancar, ada tidak yg saling bertentangan, apakah adegan-adegannya sudah tergambarkan dengan baik, apakah karakter-karakternya sudah sesuai dengan harapan kita, dsb. Bila masih ada hal-hal mengenai isi cerita yg kurang bagus, segera perbaiki.
2. Cari teman untuk jadi editormu
Untuk editan awal seperti ini tidak perlu menggunakan jasa editor profesional. Cukup gunakan teman dan orang-orang terdekatmu. Usahakan pilih orang yg sesuai dgn segmen tulisanmu. Misal menulis novel remaja, jgn cari orang tua utk membaca naskahmu.
3. Berikan naskahmu pada para editormu
Naskah bisa diberikan dalam bentuk file ataupun sudah di print. Membaca dalam bentuk print, tingkat ketelitiannya jauh lebih tinggi. Tetapi ongkosnya lebih mahal dan tentu saja repot harus mem-print. Kalau para editormu tidak keberatan membaca di laptop, tidak ada masalah diberikan dalam bentuk file.
Perlu diingat, 99% editormu akan mengatakan kalau naskahmu bagus, walau sebenarnya mungkin mereka ingin membuang naskahmu ke tempat sampah. Bukan salah mereka memberikan pujian palsu meski dari awal kalian sudah menekankan agar mereka jujur. Selalu ada rasa sungkan dan takut menyakiti hati kalian. Jadi mereka memilih untuk mengatakan “wah bagus tulisanmu, km punya bakat. Ceritanya mengalir. Deskripsinya kuat banget,kalau di film kan pasti keren”.
So,bagaimana cara untuk tahu apakah pujian yg mereka lontarkan itu asli atau palsu? Belajarlah untuk menjadi peka. Jangan hanya mendengar apa yg diucapkan di bibir. Tetapi perhatikan hal-hal kecil yg lain, misal berapa lama mereka membaca naskahmu, bagaimana ekspresi mereka saat membaca, apakah mereka tertarik untuk mengetahui lanjutan kisahmu atau mereka justru agak malas. Perhatikan juga isi dari komentar yg diberikan. Intinya, belajarlah menjadi peka dan jangan mudah termakan kata-kata manis.
Kita tidak perlu mendengarkan setiap editan dari editor kita karena bagaimanapun selera setiap orang berbeda. Namun, kita juga tidak boleh tutup telinga pada pendapat yg masuk. Sesuaikan saja editan itu dengan kebutuhan. Kita tetap dewa dari tulisan kita.
Jangan berkecil hati jika ada editormu yg tidak terlalu suka ceritamu. Bagaimanapun, kita tidak bisa memaksa seluruh dunia menyukai karya kita. Bisa juga editormu lebih senang cerita romance, padahal kebetulan naskahmu adalah petualangan. Jika dari 10 editormu, 4 orang sangat suka, 2 orang cukup suka, sisanya tidak suka, rasanya itu sudah cukup untuk mengatakan naskahmu bagus (ini bukan patokan lho ya, hanya gambaran saja). Namun, kalau hampir semua editormu tidak suka pada naskahmu, be careful. Mungkin kalian memang salah mencari editor (dalam arti selera semua editormu tidak sesuai dgn naskah yg kalian berikan) atau mungkin memang naskah kalian tidak bagus. Di sini kalian punya 3 pilihan, terus maju dengan naskah itu, atau membuat naskah baru, atau berhenti. Kalau kalian memang yakin dengan naskah itu, silahkan teruskan. Namun, kalau kalian merasa naskah itu memang kurang baik, gantilah atau perbaiki. Terakhir, kalau kalian memang merasa menulis novel bukanlah talent kalian, berhenti saja dan coba cari tahu apa talent kalian yg lain.
Selain harus peka terhadap pujian yg mungkin palsu, kalian juga harus belajar untuk peka terhadap sebuah kritik. Jika pujian ada pujian asli dan pujian palsu, maka kritik ada kritik yang membangun dan ada kritik yang menghancurkan.
Definisi dari kritik yg membangun dan kritik yg menghancurkan memang agak sulit diterjemahkan karena itu semua hatimu sendiri yg harus memutuskan.
Contoh :
a. Temanmu si A mengatakan tokoh Bambang sifatnya terlalu pengecut, jadi terasa aneh karena dia semestinya adalah seorang pendekar hebat. Si A menyebutkan adegan mana saja yg membuat si Bambang jadi tampak pengecut. Setelah km pertimbangkan, ternyata memang adegan-adegan itu membuat Bambang jd tampak pengecut. Itu artinya kritik si A adalah kritik yg membangun.
b. Temanmu si B mengatakan adegan perang antara Bambang dan Budi terlalu panjang. Menurut si B harusnya adegan itu dipersingkat saja. Menurutmu pribadi, adegan itu sudah tepat. Sebaiknya, km lakukan cross-check ke temanmu yg lain. Benarkah adegan itu memang terlalu panjang. Jika temanmu yg lain fine-fine saja, ya sudah tidak perlu diganti. Tapi kalau semua temanmu bilang adegan itu memang terlalu panjang, silahkan km pertimbangkan untuk memendekkannya atau tetap bertahan dlm pendirianmu krn menurutmu memang bagus.
c. Editor sebuah penerbitan mengatakan naskahmu terlalu panjang bertele-tele. Bisa jadi naskahmu memang terlalu bertele-tele, tetapi bisa juga editor itu punya kepentingan bisnis di mana penerbitannya tidak mungkin menerbitkan naskah yg terlalu panjang. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Kalau menurutmu naskahmu memang bertele-tele, silahkan perbaiki. Namun jika menurutmu naskahmu sudah bagus, km bisa tetap menuruti editor itu karena itu satu-satunya cara agar naskahmu diterbitkan oleh mereka, atau tetap bertahan dgn naskahmu dan mencari penerbit lain.
d. Beberapa orang tertentu mencela naskahmu. Salah satu dari mereka sudah membaca naskahmu. Dan dari keseluruhan jalinan cerita indahmu, dia memilih untuk mencela adegan kelinci melompat di atas salju karena menurutnya di musim salju seharusnya kelinci tidur, bukannya melompat-lompat. Lalu orang-orang yg lain ikut mengomentari masalah kelinci ini hingga panjang lebar. Padahal orang-orang yg lain ini belum membaca naskahmu sama sekali. . Akhirnya naskah indahmu dicap naskah jelek hanya karena adegan kelinci yg menghabiskan tidak sampai satu paragraf. Bodoh sekali kan. Sebaiknya tidak perlu menghabiskan waktu untuk mendengarkan pendapat orang-orang macam ini. Mungkin mereka bukan pembaca yg baik, atau mungkin juga mereka iri padamu.
Jadi sekali lagi pekalah pada ujian dan kritik yg masuk. Jangan menerima ataupun menolak semuanya mentah-mentah. Pertimbangkan dulu matang-matang.
4. Diskusikan naskahmu dengan editormu
Setelah editor-editormu selesai membaca naskah, mereka akan memberikan pendapat mereka. Pasti ada di antara pendapat-pendapat itu yg tidak kalian setujui. Bahkan mungkin kalian akan merasa sangat sakit hati dan jengkel saat pertama kali mendengar pendapat mereka. Tapi coba tahan emosi dan buka hati. Tanyakan kenapa mereka tidak suka dengan bagian itu. Mungkin alasannya logis. Kadang editan mereka justru terlihat remeh. Misal nama yg terlalu mirip satu sama lain, terlalu banyak mengulang kata, atau hal-hal lain yg tidak terpikir oleh kita. Namun, justru itu yg penting.
5. Perbaiki ulang naskahmu
Setelah semua hasil editan masuk dan telah didiskusikan, perbaiki ulang naskahmu. Di sini kalian juga bisa mulai memperbaiki tanda baca. Beli buku EYD. Juga lihat apakah kalian sering melakukan pengulangan kata.
6. Baca ulang naskahmu
Sebaiknya kali ini kalian membaca dalam bentuk print agar bisa lebih teliti dan tidak ada yg terlewat. Baca ulang kembali naskahmu mulai dari halaman pertama.
7. Perbaiki ulang naskahmu
Jika masih ada yg perlu diperbaiki, perbaiki. Lalu jika kalian belum bosan, baca ulang sekali lagi dan naskah kalian cukup siap untuk masuk ke proses lebih lanjut.
Proses editing awal cukup sampai di sini. Pada prinsipnya semakin sering kalain membaca naskah kalian, itu semakin baik. Karena kalian akan semakin mengenali setiap detil naskah kalian. Di mana cacat yg masih harus diperbaiki dan mana cerita yg harus diperkuat. Perjalanan masih panjang, tetapi paling tidak naskah kalian sudah melangkah satu tahap lagi untuk diubah menjadi buku.
Nantinya, begitu novelmu terbit, semua pujian ataupun kritik itu akan menjadi cerita masa lalu. Setelah itu pasar lah yang akan menentukan apakah bukumu akan menjadi best seller atau akan teronggok di dalam gudang. Mungkin dulu naskahmu dipuji-puji, atau mungkin dicela-cela sebagai sampah tak berguna. Pada akhirnya pasarlah yg akan bicara. Kalau kalian siap untuk menghadapi pasar, lanjutkan perjuangan kalian. Tetapi kalau bayangan tentang pasar saja sudah menyiutkan nyalimu, sebaiknya berhenti sampai di sini.
Dan untuk kalian yg berani untuk maju terus, aku akan menemani kalian mencari tahu apa yg harus dilakukan selanjutnya pada naskah kalian.
Berikutnya di Let’s Make a Book (part 3) akan kuberi tahu bagaimana cara mengirimkan naskah ke penerbit.
sumber: http://dionvy.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar