About Me

1.15.2012

Damai dengan Islam

Cetak
E-mail

Ditulis oleh Dewan Asatidz   
Manusia adalah makhluq yang memiliki fitroh agama, sebagaimana manusia memiliki fitroh makan, tidur, nikah dan bersosial, namun dari sekian banyak fitroh yang terdapat dalam diri manusia fitroh agamalah yang terpenting untuk diprioritaskan sehingga menjadikan kehidupan manusia itu sendiri damai dan tentram dengan fitroh keagamaanya, karena pada dasarnya semua jiwa yang ada dimuka bumi ini semua memiliki fitroh keislaman semenjak manusia dilahirkan dari rahim ibunya, sebagaimana yang telah disabdakan Rasululloh saw dalam hadistnya : “ semua yang terlahir dimuka bumi ini dalam kondisi fithroh maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan mereka beragama yahudi, nashrani, dan majusi “ ( hadist ) “dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu�(surat Adz-dzariyaaat) Manusia adalah makhluq yang memiliki fitroh agama, sebagaimana manusia memiliki fitroh makan, tidur, nikah dan bersosial, namun dari sekian banyak fitroh yang terdapat dalam diri manusia fitroh agamalah yang terpenting untuk diprioritaskan sehingga menjadikan kehidupan manusia itu sendiri damai dan tentram dengan fitroh keagamaanya, karena pada dasarnya semua jiwa yang ada dimuka bumi ini semua memiliki fitroh keislaman semenjak manusia dilahirkan dari rahim ibunya, sebagaimana yang telah disabdakan Rasululloh saw dalam hadistnya : “ semua yang terlahir dimuka bumi ini dalam kondisi fithroh maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan mereka beragama yahudi, nashrani, dan majusi “ ( hadist ) Berdasarkan hadist diatas kita sebagai umat Islam seharusnya bangga bahkan harus percaya diri sekaligus mampu mengimpelentasikannya dalam prilaku sehari-hari, dengan menampilkan identitas diri sebagai muslim kaffah sebagaimana salah satu visi Islam yaitu membawa kedamaian dimanapun muslim itu berada. Dalam kaitan kali ini sepertinya kita lazim sebagai orang yang dilahirkan dalam kondisi Islam untuk mengetahui lebih dalam tentang agama yang menempel dalam diri kita sehingga kita tidak hanya berpredikat orang Islam tapi lebih dari itu harus menjadi seorang yang muslim kaffah seorang yang tidak hanya berbicara Islam tapi tidak berprilaku islami, juga tidak hanya bermulut Islami tapi berhati durjani, sehingga marilah kita review kembali pemahaman kita tentang Islam yang begitu indah untuk disimak, enak didengar, ni`mat dirasa, serta nyaman dihati, namun karena luasnya pemabahasan tentang Islam, maka disini mungkin hanya diulas sebatas bahasa, itupun dengan tulisan penulis yang sangat terbatas kemampuannya. Islam dalam arti bahasa “ damai� “selamat� “tentram� dan orang yang memeluk agama Islam maka disebut muslim yaitu orang yang memeluk agama damai, selamat dan tentram, maka kewajiban seorang muslim harus memiliki bahasa, ucapan dan prilaku yang membawa kedamaian, menjaga keselamatan jauh dari sangkaan serta membawa ketentraman sehingga menyenangkan siapapun yang melihatnya, seorang muslim harus bersikap kritis, aktif, dinamis dan inovatif, jauh dari kejumudan, perhelatan dan persinggungan. Islam menurut ulama terdahulu yaitu “agama atau aturan yang harus dipatuhi yang memiliki nilai kebenaran tanpa kita meragukannya sedikitpun, juga agama yang kekal sepanjang masa sejarah umat manusia, syamil (universal), kaamil mutakaamil(sangat sempurna jauh dari kekurangan) yang meliputi segala macam aspek kehidupan manusia,diberikan aturan tersebut hanya kepada orang yang memiliki akal sehat dan luus, tidak lain untuk kebahagian manusia didunia maupun diakherat kelak. Dari definisi diatas kita sebenarnya sudah sering mendengarnya bahkan mampu menghapalnya dalam hitungan detik atau menit, namun dalam hal ini kita tidak hanya dituntut untuk tahu dan kemudian dilupakan begitu saja, namun Islam mengajarkan kita untuk mengimplementasikan semua yang kita ketahui berupa amalan yang memiliki nilai ibadah sekaligus menentramkan manusia dimanapun berada, disamping dari hal yang didefinisikan diatas Islam masih memerlukan bukti kemusliman seseorang yaitu menjadi rukun yang menempel secara otomatis ketika dia muslim dengan berupa pengamalan rukun Islam yang lima dengan dilandasi rukun iman yang enam yang telah tertanam jauh sebelum kita memahaminya. Akhirnya, marilah kita yang sejak kecil dididik dalam kondisi iman kepada Allah swt, Malaikat-malaikat Nya, Kitab-kita Nya, rsaul-rasul Nya, hari akhirat serta qodho dan qodar Nya, sekaligus sudah mengamalkan kewajiban rukun Islam yang lima dengan kemampuan sesuai yang kita miliki masing-masing dengan kondisi diatas kita bersyukur dengan memperbaiki semua prilaku kita dalam kehidupan ini, sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang kufur ni`mat. Sebelum mengakhiri susunan kata-kata ini, marilah kita merenung sejenak betapa besarnya karunia Allah swt yang telah diberikan kepada kita, sehingga dari sekian besarnya karunia Allah swt, sudikah kita sisipi waktu untuk mengingat kekuasaan Allah swt dalam hari-hari kosong kita? Sudikah mata yang kita pakai seharian untuk melihat indahnya alam ini kita sisipkan untuk melihat Kalamullah( Al-Qur`an )? Sudikah telinga yang kita pakai sejak bangun hingga tidur kembali kita sisipi untuk mendengarkan perintah Allah serta nasehat-nasehat kebaikan untuk diri kita? Sudihkah kita sedikit mengerutkan kening untuk memikirkan kekuasaan Allah swt? Dan banyak lagi pertanyaan yang wajib dijawab dalam setiap diri pribadi muslim kaffah Sesungguhnya semua manusia sejak dari Nabi Adam hingga kiamat nanti dalam keadaan merugi, kecuali hanyalah orang-orang yang beriman (namun tidak hanya beriman ) sekaligus diaplikasikan dalam bentuk amalan-amalan yang sholih Sesuai dalam surat Al-ashr Wallahu `a`lam bishowaab Ahmadi


0 komentar:

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: Support@templateism.com

Our Team Memebers